Sedikitnya ada sembilan karakter yang menentukan kuat dan lemahnya sebuah negara.
1. Geografi.
2. Sumber Daya Alam
3. dalam dunia modern kemampuan industri juga ikut menentukan kekuatan sebuah negara apakah ia lemah atau kuat
4. kesiagaan militer
5. penduduk.
6. Karakter Nasional.
7. Moral Nasional
8. Kualitas Diplomasi
9. Kualitas Pemerintah
Dari sembilan karakter yang menunjang kuat dan lemahnya sebuah negara tampaknya bagi Indonesia perlu sebuah perbincangan lebih luas tentang penyelesaian krisis secara komprehensif, konseptual dan terarah sehingga melahirnya sebuah negara yang lebih kuat dari sebelumnya. Krisis sekarang seharusnya bisa melahirkan sebuah kekuatan bukannya kelemahan. Dari rentang sejarah tentang tumbuh, berkembang dan lenyapnya sebuah bangsa, sembilan faktor itu terakait satu sama lain.
Visi baru tentang Indonesia diletakkan dalam kerangka sembilan pilar kekuatan bangsa itu. Pertama, kelemahan terbesar yang dialami Indonesia adalah kualitas manusianya.Kesadaran manusia tentang tanggung jawab masa depan negara ini serta sikap yang tegas terhadap setiap penyimpangan tidak begitu menonjol. Meskipun terdengar klasik, memang harus ada kesadaran luas dalam masyarakat untuk meningkatkan kualitasnya baik dari segi intelektual maupun moralnya. Dalam konteks sekarang, pemberantasan korupsi misalnya merupakan tantangan bangsa ini untuk keluar dari krisis. Visi baru yang dicoba ditawarkan adalah menguatkan unsur-unsur dalam kualitas manusia Indonesia yang secara bersamaan bisa mengurangi sifat-sifat negatifnya.
Kedua, dampak globalisasi sudah terasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Terbukti dengan mahalnya barang kebutuhan pokok dan menyebarnya pengangguran karena bangkrutnya banyak usaha. Setiap bangsa yang berhasil harus memperhitungkan aspek internasional dalam kehidupannya. Kini manusia hidup dalam desa global. Akibatnya, cara berpikir global semestinya menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia terutama di kalangan para pemimpinnya. Mengabaikan, pendapat umum masayarakat lain dan menganggap diri berbeda dengan negara lain sehingga kukuh tidak mau berubah menuju perbaikan adalah awal dari kehancuran. Berpikir global dan bertindak lokal pernah menjadi suatu slogan untuk membenarkan bahwa saat ini manusia hidup dalam era globalisasi.
Ketiga, dalam era transisi seperti sekarang mau tidak mau diperlukan sebuah kepemimpinan yang bersih, berwibawa dan komitmen terhadap kerakyatan. Pemimpin dalam arti luas seperti dalam perjalanan bangsa-bangsa lain tidak hanya memiliki jabatan resmi. Akan tetapi, lebih luas lagi adalah mereka yang komitmen dengan perubahan yang berkesinambungan menuju kesempurnaan. Dengan kata lain, pemimpin lebih berorientasi ke depan dalam mengarahkan masyarakatnya dengan tanpa melupakan pijakan masa lalu dan tidak hidup di masa silam. Mengapa Jepang bisa melahirkan begitu banyak pemimpin baik di dunia bisnis, pendidikan, sosial, politik dan ekonomi. Demikian juga Amerika Serikat, Inggris dan Perancis.
Mengapa Indonesia sulit melahirkan pemimpin berkualitas kelas dunia di berbagai sektor ? Pertanyaan ini semestinya melahirkan sebuah visi bahwa kepemimpinan memang harus lahir dari sebuah lingkungan yang kondusif. Jangan sampai terjadi, pemimpin yang jujur, komitmen dan baik malah tidak terpakai karena lingkungan negara tidak menghendakinya. Sekarang kita bisa merasakan betapa mahalnya kualitas kepemimpinan itu. Ketika bisnis banyak utang ke luar demikian pula negara maka Indonesia jatuh terpuruk.
0 comments:
Post a Comment