Indonesia dan Malaysia sedang dihadapkan pada satu persoalan serius, konflik antara kedua negara. Sekilas memang, seolah-olah konflik yang timbul lebih disebabkan karena kesalahan di antara keduanya dalam membangun dan membina hubungan diplomatik. Namun jika ditinjau secara lebih komprehensif, muncul dugaan bahwa ada upaya sistematis dan teroganisir untuk menghadapkan kedua negara pada situasi konflik.
Boleh jadi konflik kedua negara turut didesain dan dinikmati oleh negara ketiga. Dalam bahasa sederhana, ada penunggang gratis (free rider) dari konflik ini. Pertanyaannya adalah siapakah aktor atau pelaku yang dimaksud? Mungkinkah aktor negara berada di balik semua ini? Mungkinkah Singapura misalnya terlibat? Sebagaimana diketahui, posisi Singapura tepat berada di antara Indonesia dan Malaysia. Selama ini Singapura sangat menikmati posisi, kebaikan, sikap bersahabat yang ditunjukkan Indonesia dan Malaysia. Singapura telah menjadi jembatan emas di antara kedua bangsa serumpun di mata dunia internasional.
Singapura juga 'surga' bagi para penjahat, termasuk koruptor, dalam hal ini para pengusaha pengemplang utang asal Indonesia dan Malaysia. Dan yang paling penting, Singapura merupakan kepanjangan tangan (negara satelit) bagi kepentingan Barat (Amerika dan sekutunya, termasuk Israel) di Asia Timur. Dapat dipahami bahwa, konflik antara Indonesia dan Malaysia akan sangat menguntungkan posisi Singapura sebagai jembatan di Asia Tenggara. Pendekatan dalam politik internasional menjelaskan bahwa salah satu cara dalam menguasai suatu kawasan adalah dengan menempatkan negara satelit. Dengan demikian, perlu menjadi agenda khusus negara untuk menguak tabir tentang potensi 'free rider' dalam konflik Indonesia dan Malaysia.
PEMBAHASAN
THE FREE RIDER (PENGUNGGANG GRATIS) ATAS KONFLIK INDONESIA – MALAYSIA
Indonesia dan Malaysia merupakan bangsa satu rumpun, Melayu. Keduanya sama-sama negeri Muslim. Namun, realitas menunjukkan bahwa keduanya kini tengah dirundung kemelut pertentangan. Diantara perkara yang memicu hal ini adalah:
1. Klaim Malaysia terhadap Sipadan-Ligitan. Dalam kasus tersebut, kedua negara, Indonesia dan Malaysia memang saling mengklaim kepemilikan wilayah tersebut. Akhirnya, sebagai solusi, kasus itu pun dibawa ke Mahkamah Internasional. Pada tahun 2002, Indonesia kalah dalam persidangan penentuan kepemilikan pulau tersebut. Pulau itu pun resmi menjadi milik Malaysia.
2. Kasus Ambalat (2005) bermula dari perlakuan pemerintah Malaysia yang memberi konsesi kepada perusahaan minyak Amerika, Shell untuk melakukan eksplorasi di Laut Sulawesi. Malaysia mengklaim blok Ambalat yang berada di perairan Karang Unarang tersebut adalah milik Malaysia. Padahal, berdasarkan deklarasi Juanda 1957, pulau tersebut milik Indonesia. Deklarasi Juanda sendiri pada tahun 1959 telah diadopsi oleh PBB ke dalam Konvensi Hukum Laut. Hingga kini, kasus Ambalat ini masih membuka peluang konflik antara Indonesia-Malaysia.
3. Pelecehan terhadap tenaga kerja Indonesia (TKI). Jumlah TKI di Malaysia diperkirakan mencapai 3 juta orang. Yang resmi sekitar 1,5 juta. Pihak Indonesia melihat para TKI dilecehkan. Tidak sedikit TKI di Malaysia dideportasi dan diperlakukan tidak manusiawi. Sementara rakyat Malaysia memandang TKI yang pria sering terlibat dalam aksi-aksi kriminalitas di negeri mereka. Mereka pun seringkali diklaim sebagai pendatang ilegal.
4. Pemukukan wasit karate asal Indonesia dan pengklaiman lagu “Rasa Sayange” oleh Malaysia. Hal ini menimbulkan ketegangan baru antara Indonesia dengan Malaysia.
5. Penangkapan isteri seorang diplomat Indonesia, Atase Pendidikan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Malaysia, oleh Relawan Rakyat Malaysia (Rela). ”Mereka memperlakukan Muslianah seperti pendatang ilegal. Perlakuan ini tak dapat kami terima. Insiden ini juga menunjukkan mereka tak menghormati anggota kedubes,” kata Shanti Utami Retnaningsih, sekretaris III Kedubes Indonesia di Malaysia. DPR melayangkan surat protes, bahkan Fraksi PAN menuntut diputuskannya hubungan diplomatik dengan Malaysia. KBRI pun protes (8/9/2007).
6. Berbagai kejadian tadi memicu lahirnya ketegangan antara Indonesia dengan Malaysia. Slogan yang pernah dikumandangkan Presiden Soekarno dulu ’Ganyang Malaysia’ kini sering diteriakkan kembali.
Melihat kenyataan demikian ada beberapa hal penting yang harus disadari, yakni, Kesamaan rumpun dan agama menjadi tidak bermanfaat apapun. Hanya karena tidak dapat menunjukkan paspor TKI dianggap ilegal dan diperlakukan semena-mena. Padahal, dalam syariat Islam hubungan antar negeri-negeri Muslim laksana satu negeri yang padu. Mengapa? Sebab, nasionalisme telah menjadikan masing-masing lebih membela kepentingannya sendiri-sendiri sekalipun harus menginjak-injak sesama Muslim; menjadikan kedua negara-negara terus bertikai saling berebut wilayah. Nasionalisme menciptakan perpecahan
Pada sisi lain, sejarah mencatat dilihat dari segi kebudayaan dan penggunaan bahasa modern, istilah “Nusantara” mencakup daerah kepulauan Asia Tenggara atau daerah di mana budaya dan bahasa Austronesia dilestarikan. Dilihat dari kaca mata ini, Indonesia, Malaysia, Filipina dan mungkin pula Vietnam dan Taiwan (serta Madagaskar) termasuk daerah Nusantara yang dulu menyatu.
Kejadian yang berturut-turut ini penting dicermati. Sadar ataukah tidak, tampak adanya upaya provokatif sehingga Indonesia dan Malaysia terjadi konfrontasi yang akan menjadikan kawasan Asia Tenggara, khususnya Selat Malaka menjadi daerah konflik. Lahirnya daerah konflik ini akan menjadi legalitas bagi negara-negara besar pimpinan Amerika Serikat (AS) melalui Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk melakukan intervensi di kawasan.
Dalam sejarahnya Malaysia merupakan bagian dari persekemakmuran Inggris. Karenanya, tidaklah mengherankan bila pada saat rame-ramenya konfrontasi Indonesia-Malaysia, Malaysia dibantu oleh Inggris dan Australia. Pada sisi lain, AS punya kepentingan besar di Asia Tenggara, khususnya Selat Malaka. Melalui perjanjian DCA antara Indonesia dengan Singapura, AS akan leluasa berada di kawasan ini. Namun, pihak Indonesia telah menetapkan pembahasan perjanjian DCA ditunda hingga ”waktu yang tepat”. Padahal, Singapura telah mengutus Menteri Senior Lee Kuan Yew datang ke Indonesia dengan menyatakan pemerintah Indonesia tidak perlu mempertimbangkan suara Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang mempersoalkan DCA. Karenanya, situasi konflik akan semakin menjadikan kawasan Asia Tenggara, khususnya Selat Malaka yang dikuasai Indonesia, Singapura dan Malaysia; sebagai tempat pertarungan antara Inggris dan AS, juga Australia. Yang akan rugi tentu umat Islam.
Sumber isu konflik diarahkan pada upaya konflik terbuka yang melibatkan dua bangsa serumpun. Sumber masalah seolah datang silih berganti yang masing-masing mampu memberikan provokasi kepada publik. Ada dua hal dalam ketegangan di blok Ambalat. Pertama, Malaysia melakukan trik tarik ulur jangka panjang untuk memiliki sumur minyak yang potensinya sangat besar. Kedua, ketegangan ini bisa membawa efek peta konflik antar negara. Ini perlu diwaspadai agar tidak menjadi efek domino konfik oleh negara yang tidak menyenangi hubungan Negara serumpun itu.
Indikasi di lapangan bisa terlihat.Malaysia sudah mengetahui bahwa Ambalat wilayah perbatasan Indonesia. Tetapi tetap dilanggar dan selalu berulang. Ini berarti ada intrik. Ada provokasi saat pertemuan parlemen Indonesia dengan Menteri Pertahanan Malaysia. Tanda-tanda itu menguatkan analisa bahwa ada formulasi skenario di balik ini. Kita bisa mengevaluasinya, apakah itu kesengajaan provokasi politik Malaysia atau kepentingan pihak ketiga yang bermain di wilayah tersebut.
Pengaruh Malaysia dan Indonesia sangat besar untuk penguatan di Asia Tenggara, termasuk Asia secara keseluruhan. Pengaruh ekonominya jelas. Indonesia adalah penduduk terbesar kelima dunia. Malaysia juga cukup memiliki pengaruh di dunia internasional. Salah satu negara yang berani menginterupsi Amerika di forum internasional adalah Malaysia.Indonesia dan Malaysia juga Negara serumpun yang secara emosional hubungannya kuat, serta sama-sama negara. Jika kedua negara ini dipadukan dalam suatu perekonomian,bisa menjadi kekuatan baru di Asean atau di Asia. Dunia internasional sangat memperhitungkan Malaysia dan Indonesia jika melakukan sinergi politik dan ekonomi yang kuat untuk menopang.
Kalau kedua negara ini bentrok dan pisah, maka yang mengambil keuntungan dari nilai ekonomi dan politiknya adalah negara pihak ketiga. Keuntungan dipetik setelah melihat adanya kekuatan di Asia yang tidak cukup solid. Indonesia memiliki kekayaan alam yang luar biasa, Malaysia juga sudah memiliki pondasi ekonomi yang kokoh. Negara barat akan segan jika kedua negara ini bersatu dan kuat dari segi kepentingan politik dan ekonomi.Indonesia juga disegani oleh dunia internasional dengan sistem politik yang saat ini telah dilaksanakannya.
Kalau Malaysia sangat berambisi mencaplok Ambalat, saya mencurigai ada negara besar di belakangnya. Apalagi Malaysia punya negara persemakmuran yang tergabung dalam perjanjian 48 negara Commonwealth. Mereka memiliki ikatan perjanjian bahwa siapa yang diserang, maka mereka harus membantu. Jika Indonesia yang lebih dahulu menyerang, tidak akan menguntungkan dan itu yang harus dipahami oleh masyarakat. Tidak gampang melakukan perang dengan negara lain. Kondisi ini juga menjadi pelajaran bagi Indonesia bahwa menjaga kedaulatan negara tidak cukup hanya dengan persenjataan. Perlu juga diformulasi dengan dukungan internasional.
Indonesia satu-satunya negara di kawasan ini yang mencatat pertumbuhan positif, sementara Malaysia membukukan pertumbuhan ekonomi negatif. Mengalihkan perhatian dunia kepada Malaysia salah satunya dapat dilakukan dengan mendeskreditkan negara tetangganya, Indonesia, dalam kancah internasional. Poin dan pandangan di atas tentu saja bagian dari analisis pertama dalam upaya menjawab akar konflik kedua bangsa serumpun.
Singapura diyakini mendapat keuntungan dari keretakan hubungan Malaysia- Indonesia. Sebagaimana diketahui, posisi Singapura tepat berada di antara kedua Negara ini. Selama ini Singapura sangat menikmati posisi, kebaikan, sikap 'manut' dan bersahabat yang ditunjukkan Indonesia dan Malaysia. Singapura telah menjadi jembatan emas di antara kedua bangsa serumpun di mata dunia internasional.
Singapura juga 'surga' bagi para penjahat, termasuk koruptor, dalam hal ini para pengusaha pengemplang utang asal Indonesia dan Malaysia. Dan yang paling penting, Singapura merupakan kepanjangan tangan (negara satelit) bagi kepentingan Barat (Amerika dan sekutunya, termasuk Israel) di Asia Timur.
Konflik antara Indonesia dan Malaysia akan sangat menguntungkan posisi Singapura sebagai jembatan di Asia Tenggara. Pendekatan dalam politik internasional menjelaskan bahwa salah satu cara dalam menguasai suatu kawasan adalah dengan menempatkan negara satelit. Teori ini berlaku efektif bagi Amerika, dengan menjadikan Israel sebagai negara satelitnya di Timur Tengah, atau kedigdayaan Uni Soviet pasca Perang Dunia Kedua terlihat jelas dengan menjadikan Polandia sebagai negara satelitnya untuk menguasai Eropa.
Saat konflik terus membesar yang mengarah kepada konflik terbuka antar masyarakat dalam bangsa serumpun, patut untuk kita mawas diri dan mewaspadai potensi perang terbuka. Identifikasi dipraktikkannya 'psy war' oleh privat ataupun 'state actor' harus dilihat sebagai upaya untuk menggoyahkan kawasan (region) secara umum, dan khususnya konflik terbuka dua negara sekandung.
REFERENSI
• http://mushofi.multiply.com/journal/item/19/Cengkeraman_Asing_di_Tengah_Keretakan_Indonesia-Malaysia
• http://www.fajar.co.id/koran/1244637377FAJAR.KAM_11_28.pdf
• http://www.detiknews.com/read/2010/09/08/215131/1438251/10/ada-pihak-ketiga-pancing-indonesia-malaysia-perang
• http://www.voa-islam.com/news/malaysia/2010/08/31/9692/ide-gilaperang-indonesia-vs-malaysia/
2 comments:
At this time it appears like Movable Type is the top blogging platform out there right now.
(from what I've read) Is that what you are using on your blog?
Here is my homepage - adjustable weight dumbbells
I got this web site from my pal who shared with me regarding this
web site and at the moment this time I am
visiting this website and reading very informative posts at this time.
Also visit my webpage :: discover this info here
Post a Comment