POTENSI KERJASAMA INDIA, PAKISTAN, BANGLADESH & AFGANISTAN DALAM MENJAGA STABILITAS KAWASAN ASIA SELATAN



Kekuatan regional Asia Selatan tidak mampu menciptakan stabilitas keamanan di kawasannya sendiri. Gangguan terorisme terutama sangat dirasakan Afganistan, Pakistan, India, dan Sri Lanka belakangan ini. Tidak kalah rumitnya ancaman dari gerakan pemberontakan, terutama yang sudah puluhan tahun dialami India, Sri Lanka, dan Afganistan. Dengan kata lain, stabilitas politik, pemerintahan dan ekonomi di Asia Selatan tergantung pada stabilitas keamanan di tiap negara anggotanya.

Di Afganistan, konflik yang terjadi adalah adanya intervensi AS. Intevensi AS di Afghanistan untuk melenyapkan Taliban dan al-Qaida merupakan manifestasi terakhir dalam konflik yang telah berlangsung selama hampir tiga dekade. Upaya untuk melenyapkan mereka dan partisipasi aktif komunitas internasional telah menciptakan kesempatan terbaik dalam beberapa tahun terakhir bagi Afghanistan mendapatkan perdamaiannya, namun beberapa hambatan besar masih terbentang. Afghanistan merupakan salah satu negara termiskin di dunia, dimana kesulitannya banyak diakibatkan oleh narkotika dan senjata serta masyarakatnya memiliki tingkat kesehatan dan pendidikan terendah dibandingkan dengan negara manapun.

Afghanistan masih terganggu oleh sisa-sisa Taliban dan jaringan teroris Al Qaeda. Masih ada gejolak di Pakistan dan perbatasannya dengan Afghanistan, namun semakin teratasi, karena operasi keamanan di sepanjang perbatasan. Kondisi setelah perang atau serangan militer AS atas Afghanistan (6 Oktober 2001) dapat diatasi oleh pemerintah dengan operasi angkatan bersenjatanya. Pakistan menempatkan Operasi-operasi militer untuk pengamanan itu dengan menempatkan 70 ribu pasukan di perbatasan Afghanistan.

Di India, masih terdapat problem keamanan dalam negeri yang bersumber pada konflik Muslim-Hindu. Masalah Kashmir masih merupakan sumber konflik yang potensial bagi India. Hubungan dengan India, hambatannya jelas soal Kashmir. Kashmir menjadi masalah utama, yang sejak kemerdekaan India-Pakistan tahun 1947 membawa konflik berkepanjangan. Pakistan dengan penguasa militer dan India yang demokratis, sangat mempengaruhi peta stabilitas politik di Asia Selatan.

Konflik antara India dan Pakistan telah membawa kedua negara ini pada tiga kali peperangan, yaitu pada tahun 1947, 1965 dan tahun 1971. Pertikaian politik antara India dan Pakistan telah mengarah pada perebutan hegemoni regional sejak tahun 1998, ketika India berhasil melaksanakan uji coba senjata nuklirnya yang pertama yang diikuti oleh Pakistan pada tahun yang sama.

Tingkat penguasaan teknologi India cukup tinggi, tetapi belum berimbang dengan tingkat pertumbuhan ekonominya yang belum cukup tinggi untuk membangun kekuatan pertahanannya secara besar-besaran. Kecenderungan India lebih mengutamakan pengendalian keamanan dalam negeri dan pembangunan ekonominya, dari pada pembangunan kekuatan militer secara besar-besaran

Di Pakistan timbul prospek yang semakin mirip dengan apa yang terjadi di Afghanistan. Negara tersebut telah mengalami tiga dekade yang penuh dengan korupsi, narkotika, militer yang menumbuhkan ekstremis islam dan penurunan secara umum dalam standar pendidikan dan kesehatan.

Pakistan juga memiliki konflik yang berkelanjutan dengan India mengenai Kashmir, yang kini memiliki kecenderungan untuk berkembang menjadi sebuah perang nuklir. Negara tersebut kembali dipimpin oleh pihak militer dan reformasi yang sangat dibutuhkan untuk memulihkan ekonomi dan pemerintahannya semakin terpinggirkan. Narkotika dan pengangguran menjadi momok bagi kaum muda. Prospek bagi stabilitas di Pakistan sangat rendah, namun bantuan yang tepat dan menyeluruh terhadap birokrasi negara tersebut tentunya dapat menyelesaikan beberapa masalah.

Terorisme juga merupakan ancaman terbesar bagi stabilitas dan kemajuan di Asia Selatan. Dalam hal ini, Pemerintah India, Afganistan serta Dinas Rahasia AS, CIA menuduh Pakistan sebagai sarang terorisme.. Adanya persekutuan AS-Pakistan sangat penting artinya bagi stabilitas Asia Selatan, bagi keberhasilan tujuan-tujuan AS di Afghanistan, dan upaya berkelanjutan dalam memberantas Al-Qaeda.

Bangladesh turut andil dalam melemahnya situasi politik di kawasan Asia Selatan. Konflik terhadap Cittagong Hill Tracts (CHT) yang terjadi di Bangladesh telah diterlantarkan lebih dari 50 % (hampir 500.000 orang) dari populasi lokal. Populasi penduduk asli lokal dari CHT termasuk 13 kelompok etnis yang berbeda dari sisa populasi Bangladesh dalam agama, kebudayaan, dan kebiasaan sosial mereka. Pada awal 1970an, Pemerintah mengawali ukuran untuk memeroleh kendali yang lebih besar terhadap wilayah tersebut dengan menyebarkan pasukan bersenjata dan membangun insentif transmigrasi untuk etnis Bengal dari wilayah delta tersebut.

Konflik di Bangladesh ini mengarah pada tekanan politik yang serius dan penciptaan sebuah kelompok pemberontak penduduk asli bersenjata yang disebut Shanti Bahini. Sebuah konflik sipil yang bertahan 25 tahun diakibatkan, mengarah pada penelantaran bahwa kelompok penduduk asli dan penetap etnis Bengal. Di samping ribuan IDP, banyak juga pergi ke tetangga India. Perang sipil berakhir secara resmi pada 1997 dengan penandatangan persetujuan perdamaian antara Pemerintah dan pemimpin suku.
Oleh karena itu, perbaikan hubungan dalam menstabilkan keadaan kawasan Asia Selatan perlu diupayakan. Perlunya India dan Pakistan mengambil langkah penting untuk menghentikan ketegangan dengan memulai kembali dialog. Dan juga untuk penanganan kasus penggunaan senjata nuklir di Asia Selatan yang sangat berpengaruh pada seluruh keamanan di Asia Pasifik dan pengembangkan senjata pemusnah massal yang sangat berkaitan dengan kepentingan fundamental keamanan regional.

Perbaikan hubungan bilateral untuk menstabilkan kawasan Asia Selatan ini ditandai dengan pembukaan layanan bis antara dua wilayah Kashmir yang disengketakan, Srinagar (India) – Muzaffarabad (Pakistan), pembukaan kembali jalur kereta api yang ditutup karena perang Kargil, pertandingan cricket antara India dan Pakistan serta kemudahan layanan visa kepada calon pengunjung dari kedua negara. Usaha-usaha ini diharapkan bisa menjadi langkah awal untuk menyelesaikan masalah Kashmir dan merealisasikan hubungan bilateral India dan Pakistan yang lebih baik.

Upaya lain untuk menciptakan kekuatan regional asia selatan adalah dibukanya kantor ICG (International Crisis Group) di Islamabad pada bulan Januari 2002 untuk menyediakan analisa kebijakan baik di Afghanistan dan Pakistan untuk mencari cara bagi komunitas internasional dalam membantu kedua negara tersebut sekaligus mengidentifikasi masalah-masalah dan ketegangan yang berkembang di daerah tersebut.
Di Asia Selatan juga terdapat South Asia Association for Regional Cooperation yang salah satu tujuannya adalah untuk memperkuat kerjasama antara negara-negara Asia Selatan di forum-forum internasional untuk kepentingan bersama. Namun SAARC terkenal karena kata-kata kosongnya, dan bukan karena tindakan yang membuahkan hasil. Dalam sejarah SAARC ketegangan antara India dan Pakistan berkali-kali menghambat kerjasama lebih erat. Dan sekarang, akibat sejumlah serangan yang terjadi belakangan ini, proses perdamaian, yang sudah berusia empat tahun antara dua negara bertetangga itu, berada di titik terendah.

Terbentuk pula South Asai Peace Commision (SAPC) yang bertugas untuk melaporkan pada situasi konflik yang ada dan muncul di wilayah Asia Selatan sebagaimana didefinisikan SAARC, dan mempromosikan dialog dan kerjasama antar negara Asia Selatan negara.

Dari upaya-upaya tersebut di atas, diharapkan dapat mengukuhkan kekuatan regional Asia Selatan untuk mampu menciptakan stabilitas keamanan di kawasannya.




KESIMPULAN

Stabilitas kawasan Asia Selatan sampai sekarang belum bisa tercapai. Stabilitas politik, pemerintahan dan ekonomi di Asia Selatan sangat tergantung pada stabilitas keamanan di tiap negara anggotanya. Adanya gangguan terorisme terutama sangat dirasakan Afganistan, Pakistan, India, dan Sri Lanka belakangan ini. Tidak kalah rumitnya ancaman dari gerakan pemberontakan, terutama yang sudah puluhan tahun dialami India, Sri Lanka, dan Afganistan. Belum lagi konflik antar negara yang terjadi kawasan tersebut. Menurunnya kondisi India, Pakistan, Bangladesh dan Afganistan, yang mengakibatkan minimnya potensi kerjasama, membuat stabilisasi kawasan Asia Selatan tidak mampu tercapai.


REFERENSI
SITUS WEB:
1. Sinar Harapan - http://www.sinarharapan.co.id/berita/0506/16/lua03.html
2. Uni Sosial Demokrat - http://www.unisosdem.org/kliping_detail.php?aid=4195&coid=1&caid=24
3. Tempo Interaktif - http://majalah.tempointeraktif.com/id/email/2003/01/06/AK/mbm.20030106.AK83827.id.html
4. Suara Pembaruan - http://www.suarapembaruan.com/News/2008/08/19/Internas/int01.htm
5. Kompas - http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0407/19/ln/1154975.htm
6. Voa - http://www.voanews.com/indonesian/archive/2006-05/2006-05-12-voa4.cfm
7. Antara - http://www.antara.co.id/arc/2008/7/25/sri-lanka-tempatkan-12000-polisi-untuk-ktt-asia-selatan/
8. HI Fisip UNEJ - http://hi.fisip-unej.com/?pilih=lihat&id=56

BacA jUgA iNi



Category:

0 comments:

Post a Comment